Gaya Kepemimpinan Dihubungkan Dengan Kematangan Anak Buah
Pemimpin yang berhasil adalah
mereka yang selain memiliki kemampuan pribadi tertentu, juga mampu membaca
keadaan anak buah dan linkungannya.
Yang harus diketahui tentang anak
buah adalah kematangan mereka, sebab ada kaitan langsung antara gaya
kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dengan tingkat kematangan anak buah,
agar pemimpin memperoleh ketaatan atau pengaruh yang memadai. Salah satu cara
untuk mengetahui tingkat kematangan anak buah adalah dengan melihat kemampuan (Ability) dan semangat (Willingness) mereka dalam
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya.
Kemampuan berkaitan dengan
keahlian seseorang. Seseorang dikatakan memiliki kemampuan dalam bidang
tertentu, jika ia mempunyai keahlian, pengetahuan, dan pengalaman untuk
melaksanakan tugas dalam bidang itu.
Semangat berhubungan dengan
motivasi seseorang. Seseorang dikatakan bersemangat untuk melaksanakan tugas
tertentu, jika ia merasa bahwa tugas itu penting dan ia yakin akan kemampuannya
untuk melaksanakan tugas tersebut.
Menurut Hersey dalam bukunya “Situasional Leadership, Perception and the
Impact of Power (1981), berdasarkan
empat tahap tingkat kematangan anak buah, dapat diterapkan empat macam gaya kepemimpinan.
Model gaya kepemimpinan Hersey ini bertolak dari pendekatan situasional (bakat
dan situasional). Menurut pendekatan situasional, tidak ada gaya kepemimpinan
yang selalu paling efektif untuk diterapkan dalam setiap situasi. Gaya
kepemimpinan akan efektif jika dikaitkan dengan tingkat kematangan anak buah.
Keempat
gaya kepemimpinan tersebut yaitu :
1. Gaya
Penuntutan
2. Gaya
Penawaran
3. Gaya
Pengikutsertaan, dan
4. Gaya
Pelimpahan
Gaya Penuntutan :
Gaya kepemimpinan ini diterapkan
jika kondisi anak buah masih belum matang. Anak buah yang belum memiliki
kemampuan dan semangat untuk memikul tanggungjawab atas tugas yang dibebankan
kepadanya, memerlukan petunjuk serta pengawasan yang jelas dan terperinci.
Gaya kepemimpinan ini disebut
penuntutan, karena pemimpin dituntut untuk menegaskan peran dan menuntun anak
buah tentang apa, bilamana, dimana, dan bagaimana tugas harus dilaksanakan.
Gaya kepemimpinan ini lebih ditekankan pada upaya penugasan. Upaya pendukungan (pemberian
dukungan)hanya dilakukan sekedarnya saja, karena pendukungan yang terlampau
banyak akan disalahartikan sebagai pemberian kemudahan, yang akan membuat anak
buah kurang bersemangat untuk berprestasi.
Gaya Penawaran :
Gaya kepemimpinan ini diterapkan
jika kondisi anak buah telah agak matang, dimana mereka telah memiliki semangat
untuk melaksanakan tugas, tetapi belum diimbangi dengan kemampuan yang memadai.
Gaya kepemimpinan ini disebut
penawaran, karena pemimpin harus tetap memberi petunjuk yang banyak kepada anak
buahnya. Melalui komunikasi dua arah, pemimpin berusaha menjelaskan mengapa
tugas ini harus dikerjakan, sehingga anak buah kemudian “membeli” tugas itu dan
merasakan sebagai miliknya sendiri.
Dalam tingkat kematangan seperti
ini, selain diperlukan upaya penugasan yang tinggi, karena mereka belum
memiliki kemampuan yang memadai, juga diperlukan upaya pendukungan yang tinggi
untuk memelihara dan meningkatkan semangat yang telah mereka miliki.
Gaya Pengikutsertaan :
Gaya pengikutsertaan diterapkan
jika kemampuan anak buah telah mencapai kematangan, tetapi mereka kurang
memiliki kepercayaan diri dan semangat untuk melaksanakan tugas. Gaya
kepemimpinan ini disebut pengikutsertaan, karena pemimpin dan anak buah
bersama-sama berperan di dalam proses pengambilan keputusan. Pada tingkat
kematangan anak buah seperti ini, upaya penugasan tidak begitu diperlukan lagi,
namun upaya pendukungan harus
ditingkatkan dengan membuka lebar komunikasi dua arah serta
memberikan fasilitas yang cukup, dengan
tujuan untuk memberikan dukungan atas kemampuan yang telah dimiliki anak
buahnya.
Gaya Pelimpahan :
Gaya ini diterapkan jika anak
buah telah mencapai tingkat kematangan, baik ditinjau dari segi kemampuan
maupun semangat. Gaya ini disebut pelimpahan, karena anak buah dibiarkan
bertindak sendiri dan menentukan kapan, dimana, dan bagaimana tugas harus
dilaksanakan. Upaya penugasan hanya diperlukan sekedarnya saja.
Sejalan dengan itu, kematangan
psikologis anak buah menyebabkan komunikasi dua arah serta upaya pendukungan
tidak diperlukan lagi. Namun hal ini bukan berarti hubungan kerjasama dan
saling mempercayai antara pemimpin dengan anak buah menjadi berkurang.
Sebaliknya harus semakin ditingkatkan, hanya bentuknya semakin tidak langsung.
No comments:
Post a Comment