manajemen stres
Managing Work-Related Stress
Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk memanage work-related
stress diantaranya :
1. Remove the stressor, yaitu memanage stres dengan meremove stressor
tersebut. Dalam hal ini, orang yang mengalami stres dituntut untuk secara
aktif meremove stressor tersebut. Seseorang yang trauma terhadap pelecehan
seksual yang dialaminya dalam organisasi, dapat mengalihkan stressor tersebut dengan mempelajari
gelagat orang yang akan melakukan pelecehan seksual dan berusaha meredamnya
sebelum orang tersebut melakukannya. Orang yang jenuh dengan rutinitas jam
kerja, dapat mengalihkan stressor tersebut dengan berusaha mencari profesi yang
menawarkan fleksibilitas jam kerja, misalnya konsultan, trainer, dosen, event
management dan sebagainya. Kelemahan strategy yang nampaknya ideal ini,
seringkali kita kesulitan untuk meremove stressor
lantaran adakalanya bargaining power
kita relatif lemah untuk meremove stressor
tersebut. Namun kelebihannya, strategy ini menawarkan penyelesaian stres yang
tuntas.
2. Withdraw from stresor, yaitu memanage stres dengan keluar dari situasi yang menyebabkan stres
tersebut, baik untuk sementara atau seterusnya. Namun, ketika seseorang memilih
untuk sementara keluar dari situasi stres, perlu diingat, bahwa dia harus tetap
mengatasi situasi yang menyebabkan stres tersebut. Strategy untuk sementara
menarik diri dari situasi stres lebih kepada upaya untuk menenangkan diri dan
menjernihkan pikiran, sehingga dapat menemukan penyelesaian yang paling tepat
untuk situasi stres tersebut. Sementara itu, apabila seseorang menarik diri
dari situasi stres secara permanen, maka keadaannya similar dengan strategy remove the stressor. Dalam hal
seseorang mengalami stres karena pekerjaan yang tidak sesuai dengan
kompetensinya, maka dia memilih untuk pindah ke perusahaan lain yang menawarkan
pekerjaan yang sesuai dengan ekspetasinya.
3. Change Stress Perception. Yaitu strategy meminimalkan stres dengan mengubah
persepsi terhadap stres tersebut. Pameo “Mengubah
hambatan menjadi tantangan” merupakan contoh ungkapan yang menyiratkan
strategy ini. Misalnya, seseorang yang baru saja mengalami demosi, apabila dia
tidak dapat mengatasi stresnya, maka dia akan berlarut-larut dalam kesedihan
dan kegalauannya, akhirnya kinerjanya tak kunjung membaik, bahkan bisa jadi,
dia terancam dikeluarkan. Namun, apabila dia mampu merubah persepsinya terhadap
situasi stres tersebut dan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk membuktikan
bahwa dia tidak pantas didemosi, maka yang terjadi dia akan senantiasa
learning, meningkatkan kinerjanya, melakukan berbagai terobosan inovatif, dan
pada akhirnya, bukan tidak mungkin dia dipromosikan kembali, atau bisa jadi
justru dipromosikan ke tempat yang lebih tinggi dari tempatnya semula sebelum
didemosi.
4. Control the consequences of stress, yaitu strategy dimana seseorang yang mengalami stres
mengkontrol akibat yang ditimbulkan oleh stres tersebut. Strategy ini
seringkali membutuhkan bantuan pihak luar, misalnya psikolog atau counsellor.
Beberapa program untuk melatih dan mengkondisikan seseorang untuk dapat mengontrol
akibat dari stres misalnya employee
assistance programs (EAPs) yaitu pelayanan konseling yang diberikan
perusahaan kepada karyawannya untuk membantu karyawan untuk melakukan dealing dengan stressor. Beberapa therapy fisik dengan berenang, senam pernafasan
dan sebagainya juga sering digunakan untuk membantu orang yang mengalami stres.
5. Receive Social Support. Strategy ini cukup sulit dilaksanakan, karena menuntut pihak luar, secara
total dan sukarela untuk membantu orang yang sedang mengalami stres tersebut
untuk senantiasa mensupportnya agar mampu bangkit dari situasi stres yang dia
hadapi. Dukungan keluarga, pasangan hidup, teman, kolega dan sebagainya sangat
membantu seseorang untuk dapat bangkit dari situasi stres yang dialaminya.
No comments:
Post a Comment